• HOME
  • ABOUT ME
  • OLSHOP
  • VIDEO
  • DAF ISI BUKU

Sabtu, 27 September 2014

LNB (Low Noise Block) Sebagai Penguat Sinyal TV Satelit

          Selamat berlibur akhir pekan sobat bolgger, tapi sebaiknya sambil tetap stay di blog ini kita bahas tentang Low Noise Block (LNB) antena parabola. LNB merupakan blok desah rendah yang berfungsi sebagai penguat frekuensi sinyal satelit dan menurunkannya menjadi frekuensi yang lebih rendah, agar sinyal tersebut dapat diterima oleh receiver parabola. Macam-macam LNB antara lain adalah LNB C-Band, LNB KU-Band, LNB Single, LNB Dual 2R dan LNB Quad 4R.

Gambar 1. LNB C-Band Single

Gambar 2. LNB Dual 2R

Gambar 3. LNB Quad 4R

          Ada kalanya dalam satu dish parabola dipasang lebih dari satu LNB, ada yang 2 LNB bahkan ada yang 5 LNB agar dapat digunakan untuk 2 s/d 5 receiver, seperti terlihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 4. Satu Dish Parabola dipasang 5 LNB Single


          Untuk memasang lebih dari 1 LNB sekaligus tidak boleh sembarangan tetapi ada perhitungan jarak antar LNB, berikut ini perhitungan untuk menentukan jarak 2 LNB. Dalam penjelasan sebelumnya telah disebutkan bahwa persamaan antena parabola adalah berupa y = ax2  dengan titik fokus pada persamaan x2 = 4fy. Untuk menentukan jarak pemasangan antara 2 buah LNB, langkah yang pertama adalah mengetahui posisi titik fokus utama parabola. Kemudian langkah selanjutnya mencari titik fokus yang kedua pada sinar datang dengan off set tertentu. Setelah posisi kedua diketahui maka dengan rumus phytagoras jarak titik fokus tersebut dapat diketahui.
          Panjang garis a adalah jarak atau ketinggian titik fokus utama dan garis b adalah jarak titik fokus kedua yang diukur dari pusat dish parabola, dengan demikian panjang garis a = garis b (a = b).. Garis c adalah jarak antara titik fokus a dengan titik fokus b. Garis c dapat dihitung dengan rumus phytagoras sebagai berikut  :
a2+b– 2ab cos α = c2                dengan a = b , α adalah sudut off set
2a– 2aa cos α = c2               
√(2a2 - 2a2 cos α) = c
c = √(2a2 - 2a2 cos α)                 dengan keterangan c = jarak antara 2 LNB, a = jarak titik fokus

Gambar 5. Perhitungan jarak antara 2 LNB

Contoh soal:
Pada antena parabola berukuran 6 feet. Berapakah jarak penempatan titik fokus apabila sinar datang melenceng 10° dari timur
Diketahui :    Diameter dish = 180 Cm
                    Kedalaman dish = 30 Cm
                    Penyimpangan sinar datang = 10 derajat
Ditanya :       Jarak titik fokus kedua dari titk fokus utama
Jawab :         F = D2/16 d
                    F = 180² / 16 * 30 = 32400 / 480 = 67,5 Cm
                    Jarak antara 2 LNB = √ (2 * 67,5² - 2 * 67,5² cos 10)
                    Jarak antara 2 LNB = √ (9112,5 – 8974,061)
                    Jarak antara 2 LNB = √ (138,43)
                   Jarak antara 2 LNB = 11,77 Cm ke arah barat
           
          Perlu kita ketahui sudut penyimpangan bukan dihitung dengan cara mencari selisih sudut koordinat satelit A yang dikurangi koordinat satelit B, (contoh Palapa 113 BT dikurangi Telkom 108 BT =  5 derajat).  Hal itu berlaku apabila kita memasang antena parabola di pusat bumi, tidak berlaku apabila kita memasang antena parabola di permukaan bumi. Pada kenyataannya sudut penyimpangan yang diukur untuk satelit telkom dan palapa adalah 6,2 derajat, pada daerah dengan ketinggian 101 MDpl, 7,32 LS dan 110,7 BT. Sudut penyimpangan juga tergantung pada lokasi pemasangan antena juga.

Gambar 6. tempat/dudukan pemasangan 2 LNB

Keterangan : Posisi LNB yang berada di titik fokus dan LNB yang berada di titik off set harus sejajar, seperti yang ditunjukan pada garis merah pada gambar 6 di atas.

          Pada umumnya LNB yang ada dipasaran dirancang untuk menangkap sinyal yang berpolarisasi horisontal dan vertikal, karena kebanyakan satelit yang bisa ditangkap di Indonesia berpolarisasi horisontal dan vertikal (H/V). Namun ada beberapa satelit yang dapat ditangkap di Indonesia yang berpolarisasi right circular dan left circular (R/L). Kalau transmisi satelit tersebut dapat menjangkau tempat kita, walaupun tidak maksimal sinyal dapat ditangkap dengan LNB berpolarisasi H/V. Namun kalau transmisi satelit tersebut tidak sampai ke tempat kita tetapi jangkauannya sampai ke tempat kita, maka sangatlah mustahil sinyalnya dapat kita tangkap dengan LNB berpolarisasi H/V.
          Untuk dapat menangkap jangkauan sinyal satelit tersebut haruslah menggunakan LNB yang dirancang untuk menangkap sinyal polarisasi R/L. Jika kita sulit nendapatkan LNB berpolarisasi R/L tersebut dipasaran, kitapun dapat merancangnya sendiri, karena pada dasarnya jenis LNB-nya sama, hanya yang untuk polarisasi R/L terdapat sekat yang berfungsi untuk menyearahkan frekwensi yang semula R/L menjadi H/V.
          Sekat ini bisa kita pasang sendiri dengan cara yang sederhana menggunakan bahan plastik setebal kira-kira 7 mm. Kalau susah mencari bahan plastik tersebut, dapat menggunakan telenan/bantalan untuk mengiris-iris di dapur, yang bagus adalah telenan merk maspion karena tebalnya sangat tepat (pas). Jika tidak ada merek maspion bisa juga menggunakan telenan merek lionstar dan jika tidak ada juga, bisa menggunakan keramik lantai, tetapi hasilnya tidak maksimal.
          Ukuran optimal untuk sekat LNB adalah panjang 17 cm, lebar sesuai diameter LNB dan tebal 7 mm. Sedangkan perbandingan sinyal hasil pemyekatan adalah sebagai berikut, misalnya LNB tanpa sekat sinyalnya hanya mencapai 30%, maka disekat menggunakan telenan maspion bisa mencapi 80%, menggunakan telenan lionstar sinyalnya mencapi 70%, sedangkan menggunakan keramik lantai sinyalnya hanya mencapai 40%.
          Setelah sekat kita bentuk, sekat tersebut kita sisipkan kedalam tabung LNB. Ukuran kedalaman menyisipkan sekat yang optimal adalah sejajar jarum antena horisontal dan sisanya biarkan tersisa diluar (menjulur keluar), yang penting sekat harus menjulur keluar minimal 3 cm, kurang dari itu sinyalnya bisa berkurang lebih dari 5%.

Gambar 7  Cara menyekat LNB berpolarisasi H/V

1 komentar: